Social Icons

Pages

Friday, June 12, 2015

catatan 8 : Senja dan Rasa Syukur yang Sempat Terlupa

Bismilahirrahmanirrahiim

Semoga Allah senantiasa tersenyum ketika saya mengetikkan catatan ini :)

Sudah lama rasanya tak menuliskan sesuatu di blog sederhana ini, maafkan ya pemirsah. Banyak faktor yang membuat saya memutuskan berhenti sejenak berkabar di media sosial :)

Berawal dari rasa jenuh terhadap pekerjaan, bosan melihat pemandangan yang sama setiap harinya dari jendela angkot yang itu-itu saja, akhirnya dengan bermodal niat, tekad, dan nekat berangkatlah saya dan teman sekantor yang sama-sama berjiwa petualang :D ke Pulau di ujung Sumatera itu. Pulau Weh namanya.

Bukan bermaksud berbangga bahwa saya sudah sampai di sana kawan. Tidak. Di sini saya akan membagi rasa dan hal-hal luar biasa yang saya temukan di sana :)

Saat berada di Pulau paling Utara Sumatera itu, hal yang paling tak ternilai dan tak tergantikan yang saya dapatkan adalah ketika memandang langit senja di tepi laut. Langit yang perlahan berubah menjadi jingga, pepohonan yang hijau, warna air laut yang perlahan berubah gelap karena mulai menghilangnya cahaya sang surya, perahu-perahu yang mulai ditambatkan, dan sayup-sayup suara muadzin Aceh, Masyaa Allah... tak dapat saya bahasakan perasaan seperti apa yang muncul di hati saya kala itu. Saya cuma bisa tertegun saat itu, seolah waktu di sekitar saya berhenti. Saya begitu terpesona. Betapa amat syahdu suasana kala itu.

Dokumentasi Pribadi, Sabang 15-05-15
Tiba-tiba hati saya disergap perasaan biru yang amat syahdu, betapa selama ini amat tidak bersyukurnya saya. Betapa amat sering saya mengeluhkan sesuatu yang tidak bisa saya miliki padahal Allah telah memberikan begitu banyak hal lain yang bisa saya nikmati. Salah satunya lukisan megah senja ini. Tanpa terasa air mata saya menetes.

Beberapa menit saya duduk di sana, saya merasakan hati saya terasa penuh. Penuh oleh rasa Cinta kepada Dia Sang Maha Indah. Hati yang beberapa lama ini kering, kering karena rasa jenuh, rasa jenuh yang muncul karena lupanya bersyukur.

Syukur...

Ternyata di sana jawaban atas rasa jenuh yang selama beberapa saat membelenggu diri, jenuh dengan pekerjaan yang gitu-gitu aja, padahal jika saya mau bersyukur kala itu, jika saya menyadari bahwa banyak orang di luar sana yang masih bersusah payah mencari pekerjaan yang layak untuk hidupnya, kata "jenuh" itu tidak akan pernah terucap dari lisan saya.

Memandang lembayung itu, begitu banyak rasa syukur yang muncul. Begitu banyak jawaban yang saya temukan. Begitu banyak hal-hal di sekitar yang saya lupakan. Dan di sana juga saya menyadari bahwa betapa tak ada apa-apanya diri ini. Betapa Maha Agungnya Allah.

Setelah sekian menit berdiam, merenung, teman saya menyadarkan saya, mengajak menuju masjid untuk menunaikan kewajiban kepada Sang Pencipta, Allah Subhanahu wa Ta'ala. Kala itu teman saya berkata. Kata-kata yang saya ingat sampai sekarang.

"Orang yang dekat dengan alam biasanya ia juga akan dekat dengan Tuhannya"

Semoga kita diberi keistoqomahan untuk selalu menjadi hamba yang senantiasa mendekat kepadaNya. AAmiin ya Rabbal'alamiin.



Mia, 23 tahun



No comments:

Post a Comment