Social Icons

Pages

Friday, March 27, 2015

Catatan 6 : Lemahnya Hati

Bismillahirrahmanirrahiim

Semoga Allah tersenyum ketika saya menuliskan catatan ini J

Ide tentang catatan ini sepertinya sudah lama sekali terpikir, hanya saja waktu itu tidak sempat dituliskan dalam catatan hingga menguap begitu saja.


Suatu ketika saat berkumpul dengan sahabat-sahabat semasa kuliah, ngobrol apa saja, kemana-mana, lebih banyak tidak jelasnya sih waktu itu :D. Sampai pada satu bahasan tentang Asmara (eeaa). Saya lupa waktu itu kami ngomongin apa awalnya, tapi saya ingat salah satu sahabat saya yang kebetulan seorang cowo bercerita tentang pertama kali ia menyukai seorang cewe dan alasan ia menyukai cewe itu amat ah.., saya ngga habis pikir dan saya pun melontarkan pertanyaan “Semudah itukah?”

Suatu ketika seorang sahabat semasa SMA bercerita pula kepada saya tentang perempuan yang ia sukai. Ia bercerita bahwa perempuan itu adalah bunga di Jurusannya, banyak sekali lelaki yang mengejarnya. Tetapi, perempuan itu memilih sahabat saya ini. Sahabat saya yang awalnya sudah bertekad tak akan berpacaran lagi, akhirnya luluh, bersimpuh tak berdaya melawan rasa yang muncul di hatinya. Dan lagi-lagi saya melontarkan pertanyaan “Semudah itukah?”

Suatu ketika lagi, Sahabat yang dulunya amat dekat dengan saya:’) juga bercerita. Ada seorang akhwat yang amat cantik, cerdas, dan sholehah. Akhwat itu pun adalah seorang bunga di kampusnya. Begitu banyak lelaki yang mengejarnya, bahkan beberapa ikhwan sudah datang melamarnya, tetapi ia tolak. Dan sahabat saya ini bilang bahwa ia memang sempat menyimpan rasa untuk sang akhwat, tapi apalah ia. Suatu ketika sang akhwat menghadapi masalah dan kepada sahabat saya inilah sang akhwat “curhat”. Bermula dari curhat itulah komunikasi di antara mereka semakin intens sehingga mekarlah bunga-bunga rasa yang benihnya memang sudah ada di hati mereka masing-masing. Ternyata bukan cuma sahabat saya itu yang menyimpan rasa, sang akhwat pun sama. Dan ia berterus terang kepada sahabat saya bahwa alasan mengapa ia menolak para ikhwan yang datang melamarnya karena ia yakin sahabat saya itulah jodohnya, SubhanAllah :’(. Dan begitulah hubungan mereka berawal. Jujur saya pribadi amat terpukul mendengar yang satu ini. Mengapa? Karena mereka berdua adalah para pengemban dakwah di kampusnya. Dan lagi-lagi saya melontarkan pertanyaan yang sama, kali ini dengan hati yang remuk “Semudah itukah?”

Saya sering sekali menemukan tulisan-tulisan tentang lemahnya hati wanita, dan tulisan itu biasanya diperuntukkan bagi kaum Adam agar tak mudah menggombali anak gadis orang. Tapi, Kisah sahabat-sahabat saya di atas (semoga Allah memberi cahaya-Nya kepada mereka) adalah segelintir bukti bahwa hati manusia itu teramat lemah, tidak peduli ia lelaki ataupun perempuan. Hati, organ yang kata Rasulullah SAW  jika ia baik maka baiklah seluruh jasad anak Adam, dan apabila ia rusak maka rusaklah seluruh jasad. Ya, ia lemah, amat lemah, ia mudah terbolak-balik. Sebentar bisa amat mencinta, sesaat kemudian ia bisa amat membenci. Sebentar bisa amat teguh, bersemangat, seperti tak ada yang bisa menggoyahkan, sesaat kemudian ia menjadi rapuh, lunglai, jatuh bersimpuh terhadap apa yang ia hadapi.

Karena lemahnya hati inilah, maka Rasulullah SAW mengingatkan kepada kita agar menyegerakan segala yang baik-baik. Salah satunya, menyegerakan menikah (kode :D). Karena beliau paham betul bahwa hati manusia ini amat mudah berubah, amat mudah terhasut nafsu.

Ada suatu kalimat dalam buku “Saksikan Bahwa Aku Seorang Muslim” karya Ust. Salim A. Fillah (Semoga Allah limpahkan kebaikan yang tak ada putus-putusnya kepada beliau) yang amat saya sukai. Kalimatnya seperti ini “ Adakah kau dapati dalam riwayat Rasulullah memberi perhatian khusus dan care yang indah pada golongan wanita yang belum menikah? Tidak. Sama sekali. Karena setitik perhatian, senyum tulus, dan akhlaq yang baik tertuju pada hati seorang wanita, dampaknya sama seperti hujaman wajah cantik ke retina mata dan bebayang tubuh indah ke imajinasi lelaki. Laki-laki dan perempuan, masing-masing memiliki titik lemah dimana ujian akan datang.” Allah, saya amat bergetar membaca baris kalimat dalam buku Ust. Salim itu. Sesuai sekali dengan realita yang saya lihat dan rasakan, saya pikir. Saya bukanlah orang yang terhindar dari ujian hati, seperti ujian yang sahabat-sahabat saya alami itu. Saya juga salah satu orang yang sempat tergelincir dan (mungkin) masih mencoba merangkak naik dari lubang ujian hati tersebut. Allah, mudahkan langkah kami menuju jalan yang Engkau ridhoi :’).

Memang indah kawan ketika kita memiliki rasa terhadap seseorang dan ternyata ia pun begitu. Tapi, jika belum waktunya, belum siap dengan segala konsekuensinya. Hindari sajalah, minta tolonglah kepada Allah agar diberikan hati yang kuat.

Saya kenal seorang akhwat yang amat kuat penjagaan terhadap hatinya. Beliau adalah seorang akhwat yang Allah anugerahi wajah yang jika diukur, nilainya pasti di atas rata-rata, amat cerdas dan sholehah. Suatu ketika, beliau mendapatkan surat berwarna merah muda dan sebuah bingkisan, di situ tertera nama sang pengirim. Saya lupa ikhwan siapa. Sang akhwat kemudian meminta gunting kepada saya. Saya pikir sahabat saya ini akan membaca surat dan membuka bingkisan tersebut. “Bismillah” terucap dari bibirnya, ia pun menggunting surat tersebut menjadi potongan-potongan kecil dan memberikan bingkisan kepada orang yang ada di luar tanpa membuka apa isinya. Saya yang melihat hanya bisa terperangah, takjub, tak bisa berkata apa-apa. Allah, semoga Engkau istiqomahkan hati saudari saya itu dan anugerahi kami kekuatan dan keistiqomahan seperti saudari saya itu :’).

Terakhir, Rasulullah SAW mengajarkan do’a agar hati menjadi kuat dan tetap di jalan Allah

"YAA MUQALLIBAL QULUUB, TSABBIT QALBII 'ALAA DIINIKA WA ‘ALAA THOO'ATHIK."
“Wahai yang membolak-balikkan hati, tetapkanlah hatiku di atas agama-Mu dan di atas ketaatan kepada-Mu.”

Wednesday, March 25, 2015

Catatan 5 : Belum Nemu Judul yg Pas -_-

Bismillahirrahmanirrahiim

Ini karya fiksi pertama yang saya tulis di blog ini, belum sempat dikasih judul karena belum nemu yang pas. Blognya juga belum sempat dimodif :D karena keterbatasan ilmu dan waktu, kalau ada dari para blogger yang bisa membantu saya menghias blog, saya amat berharap bimbingannya, yoroshikuu. Selamat Membaca 

Semoga Allah tersenyum ketika saya menuliskan catatan-catatan di blog ini :)


Sebulan terakhir kondisi tubuh Mira terlihat amat "mengenaskan". Lihat saja, wajahnya yang biasanya bersinar berhias senyum laksana matahari itu sekarang bagai langit mendung di malam hari, hanya kemuraman yang terlihat di sana. Jika ada senyum yang ia sunggingkan, itu adalah senyum dalam tangis yang tertahan. Badannya yang berisi dengan pipi yang gembil seperti bocah lima tahun itu kini terlihat lebih kurus, pipinya pun lebih tirus. Setiap tatapannya adalah tatapan penuh luka, meski ia coba sembunyikan gerimis di hatinya yang terpancar pada tatapan matanya dengan senyum. Tapi, tak ada teman sejati yang bisa dibohongi dengan senyum "pura-pura kuat" itu. 
Arini, rekan kerja sekaligus sahabat Mira yang pertama kali menyadari perubahan pada sahabatnya itu. Ia bertanya kepada Mira perihal kejadian apa yang membuat Mira "sang Periang" itu berubah menjadi begitu muram akhir-akhir ini. Namun, tak ada jawaban yang keluar dari mulut Mira, ia hanya memeluk Arini dan menangis sejadi-jadinya. Arini memutuskan tak bertanya lebih lanjut, ia hanya membiarkan Mira menangis di pelukannya. Ia paham, sahabatnya yang satu ini butuh waktu untuk kemudian bisa bercerita. Mira adalah gadis yang sangat periang, ada saja ucapannya yang bisa membuat orang lain tertawa, karena itu begitu banyak orang yang senang berada di dekatnya. Tetapi, Arini tahu, di balik ceria sahabatnya itu, Mira adalah gadis yang amat kuat, begitu banyak luka masa lalu yang pernah dialaminya dan ia tetap tegar tersenyum. Arini tahu itu. Tapi, kali ini apa yang sudah terjadi pada sahabatnya itu hingga begitu deras hujan yang membasahi pundak Arini? Ia tak berani bertanya.

Mira menyeka sisa-sisa gerimis di matanya dengan tisu yang disodorkan Arini, ia masih diam memperhatikan wajah khawatir Arini, hanya sebuah senyum tersungging di wajahnya. "Makasih, Rin". Mira berbicara. "Maaf, baju kamu jadi basah gara-gara aku". lanjut Mira. "Ga apa-apa,Mir. Kamu kenapa, Mir?" Arini akhirnya memberanikan diri bertanya kepada sahabatnya itu. Mira diam, kemudian menggeleng "Aku tak apa-apa, Rin. Terima kasih sudah mau membiarkan aku menangis di pundakmu, aku lebih baik sekarang". Mira berkata dengan mata yang masih berkaca-kaca. Arini tahu, Mira berbohong mengatakan ia sudah lebih baik, ia amat tahu sifat sahabatnya itu, Mira tak pernah membiarkan orang lain sakit karenanya, ia tipikal perempuan yang amat memikirkan perasaan orang lain di atas perasaannya, amat "tidak tegaan", ia paham Mira tak ingin membuatnya sedih dengan menceritakan maslahnya kepada Arini. Tapi, apa salahnya membagi kesedihan kepada sahabat? Arini ingin bertanya lagi, ketika mulutnya akan membuka. "Rin, jam istirahat udah mau beres tuh, yuu balik ke kantor, proyek yang diserahkan ke kita belum beres" Mira mendahuluinya. Tuhan, Mira masih memikirkan proyek di saat seperti ini. Beberapa saat lalu ia menangis sampai sesenggukan dan kini ia bicara mengenai proyek. Arini tak habis pikir, sebesar apa hati sahabatnya itu. (Bersambung...)

Sunday, March 22, 2015

Catatan 4 : Kolak Pisang, Mimpi Indah, dan Halaqah

Bissmillahirrahmanirrahiim

dokumentasi pribadi: Pemandangan dari atap kosan
di waktu senja
Tulisan kali ini isinya mungkin lebih ke curcol (kayanya semua postingan mia curcol ya :D), tapi tak apalah. Semoga ada hikmah (meski sedikit) yang bisa sama-sama kita petik dari curcol saya kali ini.

Judul catatan keempat ini agak aneh ya? Apa pula hubungan kolak pisang, mimpi indah, dan halaqah? Jawabannya memang mereka ngga ada hubungannya sama sekali. Judul itu saya pilih karena tiga hal itu yang menggambarkan hari sabtu saya ini :).

Sabtu pagi itu, setelah selesai bercengkrama dengan-Nya, saya iseng(?) ke dapur, Ibu sedang membuat nasi goreng untuk sarapan seisi rumah. Kemudian, kedua mata saya menangkap gambaran sebuah panci yang teronggok di atas kompor dan pikiran saya pun tergelitik untuk membuka penutup pancinya (lebayy). Sebenernya udah tau sih itu panci pasti isinya kolak pisang soalnya pas malam udah lihat. Sedikit flash back dulu ya. Beberapa hari yang lalu kita baru panen pisang yang ada di belakang rumah. Alhamdulillah, hasilnya lumayan banyak, sebagian dijadikan keripik, gorengan, dan yang terakhir ini dijadikan kolak. Nah, lanjut curhatan saya, singkat cerita saya langsung ambil wadah buat kolak, ambil kolak terus ngacir ke depan untuk menikmati kolak pisang. Alhamdulillah, sungguh tak terhitung nikmat Allah untuk saya pagi itu :). Teringat sebulan lalu saya sama sekali tidak tertarik untuk makan, jangankan makan kolak pisang pagi-pagi, disuguhi mie aceh saja yang merupakan makanan favorit saya (kode detected :D) selepas kerja yang biasanya adalah waktu lapar-laparnya saya, saya ngga sentuh itu mie aceh sama sekali. Jadi, saat saya sudah bisa menikmati enaknya kolak pisang di sabtu pagi ini adalah satu hal yang amat saya syukuri. Kecil memang, hanya sebatas nafsu makan. Tapi, ketika Allah cabut nikmat nafsu makan dari kita, percayalah kawan rasanya amat tidak enak :').

Selepas makan kolak pisang saya bantu-bantu ibu beberes rumah dan lain-lain, mumpung libur kerja dan sekalian memanfaatkan waktu sebelum Liqo jam 11 nantinya. Tak terasa beberes udah selesai, saya melirik jam, ternyata masih jam 8 lebih sedikit waktu itu. Masih banyak waktu nih pikir saya, terus saya ngegoler-goler lagi, niatnya mah ngegoler-goler aja, ternyata saya ketiduran :D. Dalam tidur  itulah saya Alhamdulillah memperoleh nikmat dalam bentuk lain. Nikmat mimpi indah :). Mimpi apa? untuk satu ini, saya ngga bisa cerita hehe... yang pasti indah kawan, mimpi tentang sesuatu yang selalu ada dalam doa saya sebulan terakhir ini :). Dalam suatu hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari-Muslim, Baginda Rasulullah SAW bersabda "Mimpi yang baik itu dari Allah sedang mimpi buruk itu dari setan. Barangsiapa bermimpi buruk, kemudian meludah ke kiri (tanpa keluar air ludah) tiga kali dan mengucapkan ta'awwudz (yaitu, ucapan audzubillahi minasyaitanirrojim), maka syaitan tidak akan mengganggunya dan hendaknya tidak memberitahu siapapun. Dan barangsiapa yang bermimpi baik, maka bergembiralah dan jangan memberitahu kecuali pada orang yang kamu senangi." Semoga Allah kabulkan doa-doa kita ya, kawan :).

Jam menunjukkan pukul 11, sahabat yang akan menjemput ke rumah biar pergi bareng ke tempat Liqo belum datang juga. Beberapa saat kemudian handphone saya berbunyi. Sms dari sang sahabat masuk dan ternyata ia mengalami sedikit kendala yang membuatnya tidak bisa datang tepat waktu. Saya akhirnya pergi sendiri ke tempat Liqo. Sepanjang jalan menuju ke tempat Liqo saya udah disms-in, dibbm-in, dimessage-in sama sahabat-sahabat se-liqoan.  dan ya... saya telat, telat banget. Semua (kecuali sahabat saya yg tadi) sudah berkumpul, jadi merasa bersalah, kenapa tadi ngga menghubungi sahabat saya itu lebih awal :'(. Malu banget pas melangkah masuk ke masjid itu, tapi sewaktu melihat lingkaran di pojokan itu, melihat wajah-wajah teduh yang tersenyum itu, ahh... sungguh saya tak bisa ungkapkan rasa yang muncul seketika di hati. Sungguh aku amat mencintai mereka Allah :'). Kekalkan ikatan kami sampai ke Jannah-Mu, Allahku :').

Masih banyak sekali yang terjadi hari sepanjang sabtu ini, tapi saya sudahi sampai sini aja curcolnya ya. Khawatir kepanjangan :D. Semoga memang ada hikmah yang dapat dipetik dari tulisan saya ini kawan.

Sungguh Engkau adalah penulis skenario kehidupan terbaik, Allahku :)

Wallahu'alam bisshawwaab









Saturday, March 21, 2015

Catatan 3 : Tentang Istikharah (Repost)

Bismillahirrahmanirrahiim...

Catatan kali ini merupakan repost dari catatan blog salah seorang sahabat terbaik yang bersedia berada di sisi saya yang penuh aib ini. Semoga kebaikan selalu mengalir kepadanya.

Catatan ini saya temukan ketika saya searching tentang istikharah dan ternyata tulisan beliau lah yang muncul di hasil pencarian. Langsung saja, check this out :D

Banyak yang "kayaknya"akan mengasosiasikan istikharah dengan jodoh. Hehehe. Istikharah untuk mencari petunjuk, apakah ikhwan A atau ikhwan B yang akan diterima lamarannya? Atau apakah akhwat C atau akhwat D yang akan di lamar? enggak kok...kali ini insyAllah netral (ups). 

Selama ini, saya agak salah memahami tentang tujuan istikharah.

Before: istikharah ketika hati kita netral, dan meminta dipilihkan Allah satu yang terbaik di antara beberapa pilihan.

After :istikharah ternyata untuk meminta petunjuk, apakah pilihan yang sudah kita pilih merupakan yang terbaik menurut Allah?

Hati manusia, tidak mungkin pernah netral. Paling tidak, itu yang selama ini dialami pribadi. Hampir bisa dipastikan akan ada kecenderungan meski sedikit pada satu di antara beberapa pilihan. Walaupun lisan bilang "netral", hati dan Allah tau, apa harapan terdalam kita.

Contoh kasus:
Kita diterima kerja di dua perusahaan, perusahaan Gajah dan perusahaan Kancil. Gaji di perusahaan Gajah, lebih besar dari perusahaan Kancil. Fasilitas lengkap, asuransi kesehatan, dapat mobil kantor, dll. Tapi konon, perusahaan Gajah, banyak ladang "basah", kita harus kuat iman deh pokoknya. Sementara itu, perusahaan Kancil adalah perusahaan yang masih berkembang. Gaji pas-pasan, fasilitas juga pas. Tapi perusahaan Kancil adalah perusahaan yang amanah. Jika kita dihadapkan pada pilihan ini, kita pilih yang mana? Atau bagaimana doa istikharah kita?

Bahwa hati manusia tidak mungkin pernah benar-benar netral. Jujur, kalo dihadapkan pada situasi di atas, saya lebih memilih perusahaan Gajah, karena sebagai manusia...kita ingin segala sesuatu yang terjamin, yang jelas, dan perusahaan Gajah-lah yang lebih jelas menjanjikan kesejahteraan (meskipun itu fana banget!).  Tapi ketika istikharah, bagaimana redaksi doa yang akan saya panjatkan (atau kita?)

Yang ini: 
"Ya Allah, jika perusahaan Gajah yang terbaik bagiku, bagi dunia dan akhiratku, maka mudahkanlah." Dan Jika PT.Kancil yang terbaik bagiku, bagi dunia akhiratku, maka mudahkanlah."  

atau

 "Ya Allah, pilihkanlah yang terbaik untuk agamaku, dunia, dan akhiratku, Pt.Gajah atau PT.Kancil? Beri hamba petunjukMu. Aamiin.."

Jika kita baca doa istikharah sesuai hadist, redaksi kalimatnya bukan untuk meminta dipilihkan yang terbaik. Tapi kita sudah menentukan pilihan, kemudian kita meminta petunjuk Allah, apakah pilihan kita merupakan yang terbaik apa bukan? Kata kuncinya adalah: kita sebelumnya sudah punya pilihan.

Kemudian..bagaimana kita tau jawaban doa istikharah kita?

Sebelumnya, saya juga sering mengira, jawaban istikharah kita adalah lewat mimpi, atau lewat petunjuk yang tiba-tiba datang. Kalau seperti contoh kasus di atas, mungkin ketika kita selesai istikharah, pas nyalain TV, langsung ada iklan sarung yang ada Nicholas Saputranya -->Gajah Duduk.Kemudian kita menyimpulkan, itu adalah petunjuk Allah, kalo perusahaan Gajahlah yang terbaik untuk kita. Kemudian kita senang, karena ternyata petunjuk Allah sesuai dengan kecenderungan kita. Yes, kata Allah juga Perusahaan Gajah yang terbaik. Hati-hati...

Bisa jadi, itu adalah ujiannya. Kita secara tidak sadar, akan lebih fokus pada hal-hal yang ingin kita lihat atau sedang kita pikirkan. Padahal, bisa jadi..sebelum nyalain TV, kita sebenarnya sudah melihat gambar Kancil di pintu kulkas . Tapi karena kita sudah cenderung pada perusahaan Gajah, si Kancil pun dicuekin.

Kalo kata pa Ustad, jawaban doa istikharah tidak selalu lewat petunjuk seperti mimpi, kebetulan, atau fenomena alam. Jika sesuatu yang kita inginkan itu akhirnya terjadi, itu adalah jawaban doa istikharah kita, karena artinya Allah telah berkehendak. Allah akan mudahkan jalannya dan Allah akan bukakan jalan keluar dari arah yang tidak disangka-sangka, jika hal yang kita maksud adalah yang terbaik. Tapi, jika hal yang kita inginkan tidak terjadi, itu berarti bukan yang terbaik bagi kita. Ada saja sesuatu penghalang yang membuat hal yang kita maksud batal terjadi.  Akan ada sesuatu yang dengan indahnya Allah mengarahkan kita menuju yang terbaik menurutNya.

Pada akhirnya, Allah Maha Baik. Ia menjawab doa-doa hambanya dengan cara yang tidak disangka-sangka.

Jujur, sewaktu saya membaca catatan beliau ini, hati saya langsung berkata "wah, inilah yang benar-benar saya cari". Semoga Allah berikan kebaikan yang tak putus kepada beliau dan semoga catatan kali ini juga memberi manfaat bagi kita semua yang membacanya.

 Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran. (AL-Baqarah (2) : 186)

sumber : http://anisamartiana.blogspot.com/search/label/Dakwah

Friday, March 20, 2015

Catatan 2 : Syukur Terus, Sampai Kapan?

Bismillahirrahmanirrahiim...


Tulisan ini saya buat bukan dengan maksud buruk loh ya :). Judul di atas terinsipirasi oleh percakapan dengan rekan-rekan kerja beberapa hari lalu. Kira-kira begini isi percakapannya.

Suatu sore selepas Sholat Ashar di dapur kantor
Saya : *sedang mencuci tangan di wastafel sambil batuk-batuk dan sesekali menyeka hidung yang meler
Kakak A : Teh mia sakit?
Saya : Alhamdulillah, iya kakak, agak sedikit flu
Kakak A : kok Alhamdulillah teh?
Saya : *nyengir :
Tiba-tiba teman yang lain menimpali
Kakak B : Memang harus gitulah kak, harus bersyukur dalam keadaan apapun. Lagi sakit syukur masih dikasih rezeki bisa ke rumah sakit berobat. Terus kalau ngga bisa berobat syukur masih dikasih rezeki bisa beli obat di warung. Kalau ngga bisa beli obat di warung syukur masih dikasi rezeki bisa istirahat di rumah. Terus gitu ajalah kak, sampai kapan? gatau

Nah, karena statement dari kakak B inilah saya terinsipirasi membuat tulisan ini. hehe...
Ya, syukur kata sederhana hanya terdiri dari enam huruf alfabet dan tiga huruf jika menggunakan huruf hijaiyah. Kata-kata yang amat gampang diucapkan tetapi pengaplikasiannya sulit sekali menurut saya pribadi. Selama ini kebanyakan kita (termasuk saya) berpikir bahwa kita patut bersyukur hanya saat nikmat datang kepada kita dan kita lupa bersyukur jika yang datang kepada kita adalah cobaan atau saat hidup kita (menurut kita) lempeng-lempeng saja. Jujur, saya pun sering seperti itu, Astaghfirullah. dan memang begitulah sifat dasar manusia, Al-Qur'an pun menyatakan demikian.

 “Sesungguhnya Allah benar-benar mempunyai karunia yang dilimpahkan atas umat manusia, akan tetapi kebanyakan mereka tidak mensyukurinya.” [QS Yunus: 60]

Karunia yang Allah berikan terkadang ada dalam bentuk-bentuk yang tidak kita sadari, dalam hal-hal yang kita anggap biasa. Saya jadi ingat, sewaktu jaman sekolah dulu guru agama saya pernah berkata begini, "Nak, nikmat Allah buat kita itu besaaar sekali nak. bayangkan nak kalau misalnya oksigen di sekitar kita Allah angkat 1 menit saja, Bapak rasa ngga ada satupun dari kita yang bisa berjalan lurus". Masya Allah, sungguh saat itu saya jadi menyadari banyak hal dan saya masih mengingat ucapan beliau sampai sekarang, semoga Allah limpahkan keberkahan kepada beliau.

Begitulah kawan, saat musibah datang kepada kita, sering kali kita abai dengan nikmat-nikmat luar biasa yang Allah berikan kepada kita. Kita terlalu fokus dengan musibah yang ada, sibuk mengeluh, dan bersedih. Hingga kita lupa mensyukuri banyak hal. Lupa bahwa musibah pun adalah bentuk Cinta Allah kepada kita. sebagaimana sabda Rasulullah SAW

Besarnya pahala sesuai dengan besarnya ujian dan cobaan. Sesungguhnya Allah ’Azza wa jalla bila menyenangi suatu kaum Allah menguji mereka. Barangsiapa bersabar maka baginya manfaat kesabarannya dan barangsiapa murka maka baginya murka Allah. (HR. Tirmidzi)

Kita bisa melihat banyak orang yang menurut kita sukses, karir bagus, kaya raya, istri cantik dan lain sebagainya, ternyata hatinya tidak bahagia, sedangkan orang-orang yang rumahnya biasa saja, pekerjaannya mungkin tidak ada apa-apanya jika dibanding kita tapi sungguh terpancar aura bahagia dari wajahnya. Apa kira-kira  yang membedakan dua golongan tersebut? Kemungkinan salah satunya adalah rasa syukur. Sungguh kawan, begitu hebat dampak rasa syukur itu. Dalam Al-Qur'an dikatakan :
Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan: “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu.” (QS. Ibrahim: 7).

Allah akan tambahkan nikmat kepada kita jika kita bersyukur, nikmat di sini tak harus dalam bentuk materi, jabatan, dan hal-hal berbau duniawi tetapi bisa  bisa dalam bentuk ketenangan hati, dikelilingi sahabat-sahabat yang shalih, dan berbagai nikmat ruhiyyah lainnya. Semoga kita semua Allah bimbing menjadi ahli syukur. Aamiin.

Jadi, sampai kapan kita harus bersyukur? sampai tak ada lagi yang bisa kita syukuri? kapan itu? Jawabannya tak akan pernah, kawan :). Syukur sekarang, syukur lagi, syukur terus.

Wallahu 'alam bisshawwab

Thursday, March 19, 2015

Tentang Pemilik Blog : Panggil aku Mia

Bismillahirrahmanirrahiim
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuhu

Ada sebuah ungkapan yang cukup populer di masyarakat yaitu, "Tak kenal maka tak sayang". Karena itu mari kita berkenalan agar tumbuh rasa kasih sayang di antara kita :). Dikatakan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim bahwa "Tidak sempurna keimanan seseorang dari kalian, sebelum ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri". semoga setelah membaca tulisan tentang saya, para blogger yang tersesat di blog ini bisa menyayangi saya sebagai bentuk kecintaan kepada-Nya dan saya insya Allah juga menyayangi antum-antunna sekalian karena Allah pastinya :).
Okeee, mari kita mulai perkenalannya :D

Panggil aku Mia, 
Nama Lengkapku Mia Sari Hanty Ritonga. Perempuan berjilbab, berkacamata, dan beransel :3. Plegmatis-Melankolis. ISTP. Berdarah Batak asli tapi sering disalah pahami sebagai orang Jawa/Sunda, karena wajah dan suaranya yang katanya ngga ada batak-bataknya (emang orang Batak wajahnya sama semua ya?). Anak Pertama dari empat bersaudara. Penyuka kucing dan anak-anak. Sangat Introvert tapi malah masuk jurusan Pendidikan yang notabene nantinya bakal jadi Guru dan harus bisa ekstrovert, hmm ._. . Alhamdulillah, sudah wisuda :D dan sudah bekerja sebagai Pengajar Matematika di salah satu lembaga konsultan pendidikan di Medan. Akhwat tangguh nan mandiri (Kemana-mana sendiri). Senang Travelling dan berjiwa petualang. Katanya, pemikir logis matematis :D padahal perasa abis.

Jika, masih ada yang ingin ditanyakan bisa japri aja ke akun G+ atau ke facebook mia. Mohon maaf bila ada salah kata.

Wallahu 'alam bisshawwab

Wednesday, March 18, 2015

Catatan 1 : Sekapur Sirih

Assalamu'alaikum warrahmatullahi wabarakatuhu
Meski judulnya agak apalah gitu, tapi sesungguhnya tulisan ini hanya sebagai salam dan sebagai awal dari tulisan-tulisan mia yg insya Allah akan menyusul di blog ini.
Sedikit bercerita mengapa mia kembali menoleh ke dunia kata-kata dan prosa ini :). Bermula pada suatu hari dimana mia merasa sangat ingin menceritakan berbagai hal yang begitu sesak memenuhi hati dan pikiran. Ya, beberapa minggu ke belakang adalah masa-masa terberat bagi mia sekaligus masa-masa terasanya Cinta Allah kepada mia. Allah sadarkan mia bahwa begitu banyak hal yang mia sia-siakan lima tahun terakhir ini.
Nah, dalam kegalauan yang sangat itulah mia berniat menceritakan segala kisah yang mia alami kepada seseorang (setelah bercerita kepada Allah tentunya) :). Tetapi, ketakutan akan dijauhi memenuhi pikiran mia jika mia menceritakan apa yang mia alami kepada teman-teman. Sehingga hingga detik ini mia bungkam, tak berani bercerita padahal hati menjerit-jerit. Ya, naluri seorang perempuan jika ia mempunyai masalah maka dengan sekedar bercerita ia akan merasakan sedikit ketenangan, terlepas apakah setelah itu ada solusi yang ia terima atau tidak.
Singkat cerita, mia bertanya kepada seorang teman, kira-kira beginilah percakapan yang terjadi di antara kami petang itu : M (mia), T (Teman)
M : Teh, kalau teteh punya masalah, teteh suka cerita ke siapa?
T  : Biasanya ke mamah teh
M : Kalau ngga bisa diceritain ke mamah? misalnya karena takut malah jadi pikiran ke beliau
T ; Kalau saya mah, teh, nulis
M : *deg, oh iya ya, teh, bisa bisa *sambil angguk-angguk
Dan begitulah kisahnya bagaimana mia akhirnya kembali ke dunia yang telah sangaaaattt lama mia tinggalkan ini :). Dunia hitam-putih yang sejatinya amat berwarna-warni.
Maafkan geje hehe :D
Semoga tulisan-tulisan mia ke depannya bisa bermanfaat bagi siapapun yang mengunjungi blog ini.
Wallahu 'alam bishawwab