Social Icons

Pages

Friday, March 27, 2015

Catatan 6 : Lemahnya Hati

Bismillahirrahmanirrahiim

Semoga Allah tersenyum ketika saya menuliskan catatan ini J

Ide tentang catatan ini sepertinya sudah lama sekali terpikir, hanya saja waktu itu tidak sempat dituliskan dalam catatan hingga menguap begitu saja.


Suatu ketika saat berkumpul dengan sahabat-sahabat semasa kuliah, ngobrol apa saja, kemana-mana, lebih banyak tidak jelasnya sih waktu itu :D. Sampai pada satu bahasan tentang Asmara (eeaa). Saya lupa waktu itu kami ngomongin apa awalnya, tapi saya ingat salah satu sahabat saya yang kebetulan seorang cowo bercerita tentang pertama kali ia menyukai seorang cewe dan alasan ia menyukai cewe itu amat ah.., saya ngga habis pikir dan saya pun melontarkan pertanyaan “Semudah itukah?”

Suatu ketika seorang sahabat semasa SMA bercerita pula kepada saya tentang perempuan yang ia sukai. Ia bercerita bahwa perempuan itu adalah bunga di Jurusannya, banyak sekali lelaki yang mengejarnya. Tetapi, perempuan itu memilih sahabat saya ini. Sahabat saya yang awalnya sudah bertekad tak akan berpacaran lagi, akhirnya luluh, bersimpuh tak berdaya melawan rasa yang muncul di hatinya. Dan lagi-lagi saya melontarkan pertanyaan “Semudah itukah?”

Suatu ketika lagi, Sahabat yang dulunya amat dekat dengan saya:’) juga bercerita. Ada seorang akhwat yang amat cantik, cerdas, dan sholehah. Akhwat itu pun adalah seorang bunga di kampusnya. Begitu banyak lelaki yang mengejarnya, bahkan beberapa ikhwan sudah datang melamarnya, tetapi ia tolak. Dan sahabat saya ini bilang bahwa ia memang sempat menyimpan rasa untuk sang akhwat, tapi apalah ia. Suatu ketika sang akhwat menghadapi masalah dan kepada sahabat saya inilah sang akhwat “curhat”. Bermula dari curhat itulah komunikasi di antara mereka semakin intens sehingga mekarlah bunga-bunga rasa yang benihnya memang sudah ada di hati mereka masing-masing. Ternyata bukan cuma sahabat saya itu yang menyimpan rasa, sang akhwat pun sama. Dan ia berterus terang kepada sahabat saya bahwa alasan mengapa ia menolak para ikhwan yang datang melamarnya karena ia yakin sahabat saya itulah jodohnya, SubhanAllah :’(. Dan begitulah hubungan mereka berawal. Jujur saya pribadi amat terpukul mendengar yang satu ini. Mengapa? Karena mereka berdua adalah para pengemban dakwah di kampusnya. Dan lagi-lagi saya melontarkan pertanyaan yang sama, kali ini dengan hati yang remuk “Semudah itukah?”

Saya sering sekali menemukan tulisan-tulisan tentang lemahnya hati wanita, dan tulisan itu biasanya diperuntukkan bagi kaum Adam agar tak mudah menggombali anak gadis orang. Tapi, Kisah sahabat-sahabat saya di atas (semoga Allah memberi cahaya-Nya kepada mereka) adalah segelintir bukti bahwa hati manusia itu teramat lemah, tidak peduli ia lelaki ataupun perempuan. Hati, organ yang kata Rasulullah SAW  jika ia baik maka baiklah seluruh jasad anak Adam, dan apabila ia rusak maka rusaklah seluruh jasad. Ya, ia lemah, amat lemah, ia mudah terbolak-balik. Sebentar bisa amat mencinta, sesaat kemudian ia bisa amat membenci. Sebentar bisa amat teguh, bersemangat, seperti tak ada yang bisa menggoyahkan, sesaat kemudian ia menjadi rapuh, lunglai, jatuh bersimpuh terhadap apa yang ia hadapi.

Karena lemahnya hati inilah, maka Rasulullah SAW mengingatkan kepada kita agar menyegerakan segala yang baik-baik. Salah satunya, menyegerakan menikah (kode :D). Karena beliau paham betul bahwa hati manusia ini amat mudah berubah, amat mudah terhasut nafsu.

Ada suatu kalimat dalam buku “Saksikan Bahwa Aku Seorang Muslim” karya Ust. Salim A. Fillah (Semoga Allah limpahkan kebaikan yang tak ada putus-putusnya kepada beliau) yang amat saya sukai. Kalimatnya seperti ini “ Adakah kau dapati dalam riwayat Rasulullah memberi perhatian khusus dan care yang indah pada golongan wanita yang belum menikah? Tidak. Sama sekali. Karena setitik perhatian, senyum tulus, dan akhlaq yang baik tertuju pada hati seorang wanita, dampaknya sama seperti hujaman wajah cantik ke retina mata dan bebayang tubuh indah ke imajinasi lelaki. Laki-laki dan perempuan, masing-masing memiliki titik lemah dimana ujian akan datang.” Allah, saya amat bergetar membaca baris kalimat dalam buku Ust. Salim itu. Sesuai sekali dengan realita yang saya lihat dan rasakan, saya pikir. Saya bukanlah orang yang terhindar dari ujian hati, seperti ujian yang sahabat-sahabat saya alami itu. Saya juga salah satu orang yang sempat tergelincir dan (mungkin) masih mencoba merangkak naik dari lubang ujian hati tersebut. Allah, mudahkan langkah kami menuju jalan yang Engkau ridhoi :’).

Memang indah kawan ketika kita memiliki rasa terhadap seseorang dan ternyata ia pun begitu. Tapi, jika belum waktunya, belum siap dengan segala konsekuensinya. Hindari sajalah, minta tolonglah kepada Allah agar diberikan hati yang kuat.

Saya kenal seorang akhwat yang amat kuat penjagaan terhadap hatinya. Beliau adalah seorang akhwat yang Allah anugerahi wajah yang jika diukur, nilainya pasti di atas rata-rata, amat cerdas dan sholehah. Suatu ketika, beliau mendapatkan surat berwarna merah muda dan sebuah bingkisan, di situ tertera nama sang pengirim. Saya lupa ikhwan siapa. Sang akhwat kemudian meminta gunting kepada saya. Saya pikir sahabat saya ini akan membaca surat dan membuka bingkisan tersebut. “Bismillah” terucap dari bibirnya, ia pun menggunting surat tersebut menjadi potongan-potongan kecil dan memberikan bingkisan kepada orang yang ada di luar tanpa membuka apa isinya. Saya yang melihat hanya bisa terperangah, takjub, tak bisa berkata apa-apa. Allah, semoga Engkau istiqomahkan hati saudari saya itu dan anugerahi kami kekuatan dan keistiqomahan seperti saudari saya itu :’).

Terakhir, Rasulullah SAW mengajarkan do’a agar hati menjadi kuat dan tetap di jalan Allah

"YAA MUQALLIBAL QULUUB, TSABBIT QALBII 'ALAA DIINIKA WA ‘ALAA THOO'ATHIK."
“Wahai yang membolak-balikkan hati, tetapkanlah hatiku di atas agama-Mu dan di atas ketaatan kepada-Mu.”

No comments:

Post a Comment